"Ketika saya nonton di TV, para presenter senior menarik hari saya itu mulai akhir 80'an. Kemudian ada panggilan kepada saya kalau saya harus mencoba yang mereka lakukan. Setelah itu saya coba berlatih di depan keluarga, mulai mengambil job sebagai pembawa acara, sampai meniru gaya presenter senior. Setelah itu saya masuk di dunia radio. Saya masuk sebagai jurnalis tiga tahun, setelah itu masuk ke dalam presenter selama 9 tahun," ceritanya saat ditemui saat peluncuran buku Turn On The Radio di Beezy Cafe, Jakarta, Kamis (19/3).
Suka duka tentu telah dialami sang presenter. Salah satu pengalaman bahkan mengujinya untuk tetap teguh dan tak mengikuti arus.
Choky Sitohang Foto: KapanLagi.com
"Hal-hal sulit itu banyak. Waktu saya di radio, kebanyakan anak radio itu terkenal dengan (pola hidup) glamor dan konsumtif. Gaya hidupnya termasuk golongan atas," kata Choky.
Selama menjadi jurnalis, Choky Sitohang dilatih untuk memiliki empati. Di sanalah ia merasakan tantangan unik yang berbeda.
"Waktu itu saya dilatih untuk meliput daerah banjir, setelah itu saya membantu mereka, waktu di Aceh juga. Saat itu saya dilatih untuk lebih empati dengan kebutuhan masyarakat perang. Hal-hal seperti itu melatih diri saya, dan sekarang sebagai presenter, lebih banyak yang saya dapatkan," lanjutnya.
Dengan banyaknya pengalaman tersebut, Choky jadi lebih bisa konsisten di dunia TV. Ia pun tak terpikir untuk pensiun, selama tubuhnya masih kuat. Semoga selalu sukses, Choky!
Choky Sitohang Ternyata Hobi Olahraga Menembak
Ini Harapan Choky Sitohang Kepada Pemerintahan Jokowi
Rilis Single Valentine, Choky Sitohang Duet Bareng Istri
Anak Mulai Aktif, Choky Sitohang Kerepotan
Choky Sitohang Bekali Anaknya Aktifitas Fisik dan Ilmu
(kpl/yka/rzm)
Sumber: KapanLagi.com http://ift.tt/1DEUM2E
Tidak ada komentar:
Posting Komentar